Indonesia sebagai mitra sejati perdamaian dunia telah ikut
menjaga perdamaian melalui misi perdamaian PBB sejak tahun 1957. Indonesia juga
memberikan bantuan kemanusiaan melalui pembangunan sekolah dan rumah sakit di wilayah-wilayah
rentan di berbagai negara. Ada rekam jejak Indonesia di berbagai peristiwa
penting dunia: terbentuknya Gerakan Non-Blok, berdirinya ASEAN, dan berperan
aktif dalam pembentukan hukum internasional seperti UNCLOS. Tidak dapat
dipungkiri, aktifnya Indonesia merupakan upaya menjalankan politik luar negeri
bebas aktif demi memenuhi amanat UUD ’45 untuk “ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat berpotensi dalam
mewujudkan perdamaian dunia. Dilihat dari berbagai aspek mulai dari letak
geografis,sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang cukup besar,
keanekaragaman budaya, wilayah yang sangat luas serta keindahan alam yang
begitu mepesona. Dengan potensi yang sangat luar ini, tentunya dalam mewujudkan
suatu perdamaian dunia Indonesia kiranya mampu menjadi negara panutan bagi
negara-negara lain di dunia. Di tambah lagi
dengan Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Tetapi
pada saat-saat ini semakin kuat dirasakan oleh semua warga negara bahwa
cita-cita tersebut bertambah jauh dari kenyataan. Masyarakat berbicara tentang
adanya krisis multidimensional, situasi di mana negara kita ini sedang dilanda
akan beranekaragaman pertentangan besar maupun kecil entah itu di bidang
politik, ekonomi, sosial, dan juga moral. Begitu hebatnya krisis yang terus
memporak-porandakan sendi-sendi penting kehidupan bangsa kita. Hal seperti inilah
yang menjadi stigma bagi masyarakat Indonesia, menjadikan masyarakat Indonesia
semakin pesimis akan apa yang telah menjadi cita-cita bangsa kita sebelumnya.
Mengingat sedemikian besarnya persoalan yang menghambat usaha
dalam mewujudkan perdamaian dunia, maka diperlukan kekuatan besar dan tangguh.
Kekuatan itu akan terbentuk hanya dengan adanya peneguhan kembali ikatan batin atau
komitmen semua warga negara kepada cita-cita nasionalnya, disertai pembaruan
tekad bersama untuk melaksanakannya. Semua itu memerlukan semangat ungkapan
Bung Karno (dengan sedikit revisi) yaitu, “pengikatan bersama seluruh kekuatan
bangsa”. Peneguhan kembali
komitmen dan pembaruan tekad bersama itu memerlukan pengetahuan dasar
secukupnya tentang sejarah pertumbuhan bangsa dan kesadaran akan hakikat
proses-proses pertumbuhan yang penuh tantangan dan kesulitan.
Sebagai
bangsa baru yang masih terus dalam proses penjadian diri (natio in making),
Indonesia masih memerlukan pengembangan pikiran-pikiran mendasar. kita harus menggunakan
sensitivitas setajam-tajamnya, dengan berpedoman kepada suara hati nurani yang
sebersih-bersihnya. Karena itu sungguh memprihatinkan adanya gejala-gejala
matinya hati nurani di kalangan kita. Berbagai tindakan dan perilaku tidak
benar dari masa lalu yang jelas-jelas telah menjerumuskan bangsa dan negara kepada
kehancuran diulangi dengan sadar dan tanpa perasaan salah. Kebanyakan orang
hanya memikirkan kepentingan diri dan golongannya belaka, dengan imbas antara
lain munculnya nafsu memperkaya diri. Hal ini yang menyebabkan semakin sedikitnya
orang yang bersungguh-sungguh berpikir dan bertindak untuk kepentingan seluruh
bangsa.
Jika kita melihat kembali rekam
jejak negara Indonesia dalam upaya perdamaian dunia tentu sudah tidak diragukan
lagi. Indonesia pernah menjadi anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB sebagai wakil dari regional Asia Pasifik pada periode
tahun 1973-1974, 1995-1996, dan 2007-2008. Indonesia hingga saat ini telah
mengirimkan 37,128 personel dalam misi perdamaian PBB sejak 1957. Indonesia
bahkan mengirimkan bantuan baik berupa materi maupun tenaga bagi negara-negara
yang membutuhkan. Hal ini yang menyebabkan indonesia disegani berbagai negara
di dunia. Ditambah lagi dengan Indonesia yang akan menjadi kandidat anggota
tidak tetap DK PBB 2019-2020 diharapkan dapat memberi pengaruh besar di arena
internasional. Hal ini dapat memaksimalkan peran indonesia dalam mewujudkan
perdamaian dunia.
Maka dari itu, yang juga menjadi hal
krusial saat ini yang harus diperhatikan oleh kita semua yaitu generasi muda.
Masih minimnya pemuda yang berpikir kritis di negara kita tentu akan menjadi
penentu ke arah mana negara indonesia kedepannya. Masih kurang rasa memiliki akan
tanah air bahkan bersikap acuh tak acuh. Pemuda saat ini lebih cenderung
memikirkan diri sendiri, keinginan untuk menonjolkan diri sendiri tanpa mepedulikan
hal lainnya. Keingingan untuk menang sendiri. Padahal akan lebih indah ketika kita
melangkah beriringan sehingga mencapai kemenangan bersama, sebagaimana yang biasa
kita sebut kemenangan yang hakiki.