JIKA AKU MENJADI POLITISI
Oleh : Muh Faiz Azhar B
Oleh : Muh Faiz Azhar B
PENDAHULUAN
Menurut KBBI, Politisi adalah orang
orang yang terlibat dalam bidang politik, ahli politik maupun figur
politik yang memegang posisi penting di
pemerintahan. Jika kita berbicara masalah “Politisi“ pasti itu tidak akan lepas dengan
masalah korupsi. Untuk sekarang ini,
korupsi bukan lagi merupakan hal yang luar biasa di negara kita. Kita dapat
melihat tindakan-tindakan korupsi yang makin marak di berbagai media, baik itu
media cetak maupun media elektronik. Begitu banyak kasus-kasus korupsi yang
telah terjadi di negara kita, menjadikan tindakan korupsi sebagai tindakan yang
wajar. Sehingga banyak warga negara yang tidak
memberikan respon terhadap hal tersebut. Mereka merasa bahwa tindakan demikian
sudah merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Ironisnya pelaku tindakan korupsi, mayoritas dilakukan oleh
para pejabat negara yang sesungguhnya telah diberikan kepercayaan oleh
masyarakat untuk memajukan kesejahteraan negara.
Seperti yang kita tahu bersama bahwa
Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam(SDA). Suatu
kebanggaan bagi kita, sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang begitu
melimpah. Meskipun demikian dapat kita amati secara kasat mata bahwa masih
banyak warga di negara kita yang mengalami kemiskinan. Menurut data statistik
BPS bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia yaitu 31,02 juta atau sekitar
13,33% dari jumlah penduduk Indonesia. Telah di survei juga bahwa 63,38%
penduduk miskin tersebut berada di bagian pedesaan yang mana sebagian besar
berprofesi sebagai petani dan buruh tani, dan mengalami peningkatan pada tahun
berikutnya. Hal ini disebabkan karena begitu banyak pegawai di negara kita yang
melakukan tindakan korupsi. Apalagi negara kita yakni Indonesia merupakan
negara ututan ke-4 mengenai jumlah penduduk di dunia. Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan politisi yang profesional untuk memajukan negara kita.
Sebenarnya bukan cuma para politisi
yang harus disalahkan sepenuhnya. Kita seharusnya kembali berpikir bahwa siapa
yang memilih mereka?. Tentu tidak sedikit dari masyarakat yang memilih para
politisi melalui Pemilu hanya karena menerima serangan fajar. Kita lupa bahwa mereka
merupakan orang orang yang akan memegang posisi penting di pemerintahan.
Seharusnya kita memilih melalui Pemilu dengan melakukan filter yang ketat, serta
melihat latar belakang setiap calon politisi. Kita tidak boleh memilih calon
politisi yang hanya ingin merakit uang. Politisi yang baik yaitu orang-orang
yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi kepada negara, bukan mereka yang
hanya mementingkan diri sendiri. Kurangnya rasa kepedulian antara satu sama
lain baik itu politisi maupun masyarakat, hanya akan menghambat kemajuan suatu negara.
PEMBAHASAN
Fakta-fakta
yang terjadi sekarang ini, begitu banyak masyarakat yang mengalami kemiskinan,
kelaparan serta pengangguran yang terjadi di mana-mana. Padahal Indonesia
merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Menurut Abraham
Samad, Indonesia adalah negara yang kaya dan memiliki pemasukan yang besar.
Dari sektor energi misalnya, negara bisa menghasilkan Rp 15 ribu triliun setiap
tahun. Hanya saja sektor tambang dan energi adalah suatu wilayah yang mengalami
kebocoran dan korupsi. Hampir 50% perusahaan yang melakukan eksploitasi dan
eksplorasi mineral tidak membayar royalti. Samad menemukan bahwa mereka telah
membayar sogokan kepada pemerintah setempat. Katanya uang suap yang dibayarkan
ke oknum pemerintahan lebih besar dari royalti. Hal ini membuktikan bahwa
negara kita sebenarnya mempunyai pemasukan yang besar, hanya saja karena
tindakan korupsi yang begitu banyak. Oleh karena itu, sangat diperlukan hukum
yang mampu membuat jerah para pelaku tindak pidana korupsi. Tidak sedikit
mengatakan bahwa negara kita merupakan surga bagi para koruptor
Seandainya
jika aku menjadi politisi, saya bersumpah akan mengabdikan diri saya untuk
memajukan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Hal pertama yang saya lakukan
terlebih dahulu ketika menjadi politisi yaitu menanamkan sikap patriotisme
dalam diri pribadi dengan landasan ketuhanan yang maha esa, kemudian kepada
orang-orang terdekat, masyarakat, hingga tersampaikan kepada seluruh anggota
dalam pemerintah. Bagaimanapun Sering terjadi pertengkaran antara masyarakat
dengan para politisi. Mereka saling menyerang satu sama lain entah itu dalam
bentuk usikan maupun dalam bentuk demo. Keduanya harus saling mengerti satu
sama lain, yang mana masyarakat harus mengerti bahwa hukum itu tidak selalu
berjalan dengan sempurna. Sedangkan untuk para politisi harus selalu
mendengarkan kritikan para masyarakat lalu memberikannya alasan yang jujur dan
jelas. Seandainya jika seluruh warga Indonesia baik itu masyarakat maupun
politisi bekerja sama dalam menyamakan pikiran mereka untuk memajukan negara
Indonesia. Pasti Indonesia akan menjadi negara yang maju.
Metode
yang paling tepat untuk menjadikan politisi di Indonesia menjadi lebih baik
yaitu mengajak masyarakat untuk memillih dengan teliti serta melakukan
pertimbangan bahwa apakah dia mampu memajukan negara kita. Kesalahan masyarakat
yang terjadi selama ini yaitu mereka memilih tanpa berpikir panjang. Banyak
yang memilih hanya karena ikut-ikutan atau menerima suap dari caleg. Padahal mereka
tidak mengenal para calon politisi dengan baik. Seharusnya yang pertama kali
yang harus dilakukan sebelum melakukan suatu Pemilu, yakni mengenali lebih jauh
terlebih dahulu para calon politisi. Jangan sampai salah memilih, kita harus
mencari politisi yang memang mempunyai pengalaman yang baik. Bukan mereka yang
mempunyai pengalaman untuk memperkaya diri sendiri. Mereka yang melakukan 4D
yaitu Datang, Duduk, Diam, dan Duit sangat tidak pantas menjadi politisi. Maka
dari itu, masyarakat seharusnya yang berperan aktif dalam pembentukan politisi
yang baik. Terkhusus bagi para pelajar, sangat perlu ditanamkan semangat
nasional yang tinggi dengan pengabdian pada bangsa serta pendidikan beragama.
Kurangnya
partisipasi masyarakat dalam memajukan negara merupakan kendala paling besar
saat ini. Kadang-kadang masyarakat juga lebih mementing diri sendiri, seenaknya
melakukan demonstrasi padahal sebenarnya mereka tidak melihat bahwa ada hal
yang ingin dicapai oleh pemerintah. Misalnya masyarakat yang melakukan demo
“jadikan guru honor menjadi PNS dengan cepat”. Pertanyaannya, apakah para guru
honor ini sudah mampu meningkatkan kualitas bangsa Indonesia?. Maka dari itu,
sebelum melakukan tindakan-tindakan demonstrasi sebaiknya pikirkan dulu apa
alasan pemerintah melakukan hal tersebut. Begitu pun para politisi sebaiknya
menanamkan dalam hati bahwa mereka memegang tanggung jawab yang tinggi dalam
pemerintahan. Jangan sampai melakukan tindakan yang akan menghambat kemajuan negara.
Selain mempermalukan diri sendiri dan keluarga juga dapat mempermalukan bangsa
Indonesia.
KESIMPULAN
Politisi
merupakan ahli politik atau figur politik yang memegang posisi penting dalam
pemerintahan. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki kekayaan alam serta
pemasukan yang besar, saat ini terhambat untuk menjadi negara yang maju. Masih
banyak saudara-saudara kita yang mengalami kemiskinan. Hal ini diakibatkan
karena begitu banyaknya tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia.
Penyebab terjadinya korupsi yaitu masyarakat yang kebanyakan melakukan Pemilu
tanpa berpikir panjang, tidak sedikit yang memilih karena ikut-ikutan dan
bahkan ada yang memilih karena menerima serangan fajar. Padahal mereka belum
mengenal dengan baik calon politisi tersebut. Di tambah lagi dengan hukum-hukum
yang ada di negara kita yang kurang tegas, memberikan kesempatan besar kepada
para politisi untuk melakukan tindak pidana korupsi. Maka dari itu dibutuhkan
kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan pelajar. Dengan menanamkan
semangat nasional dan rasa kepedulian antara satu sama lain yang dilandasi
agama. Jika ini yang tertanam pada seluruh warga Indonesia, terutama kepada
para politisi yang memegang tanggung jawab besar untuk memajukan bangsa
indonesia. Pasti negara kita akan menjadi Negara yang maju, aman dan sejahtera.
DAFTAR
PUSTAKA
Shahabi,
S. “Esai hukum: Peranku bagi Indoneia” http://www.academia.edu/14710750/Esai_hukum
(diakses tanggal 6 September 2016)
No comments:
Post a Comment