Mahasiswa Harusnya Memanfaatkan Pandemik Corona




Pandemik Corona melonjak begitu cepat sejak diumumkan pertama oleh sang Presiden pada 2 Maret lalu, saat ini jumlah pasien positif corona 1.414 orang berdasarkan data pemerintah pusat hari Senin 30 maret. Hal ini yang menyebabkan keluarnya instruksi dari Istana untuk bekerja, belajar dan beribadah di rumah saja. Ini menyebabkan terjadinya perubahan pola rutinitas masyarakat Indonesia terkhusus kaum pelajar atau mahasiswa. Proses pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan tatap muka, kini digantikan dengan model e-learning. Bahkan ada beberapa universitas yang menunda wisudanya sampai waktu yang tidak ditentukan.

Hal ini berdampak dan tentunya mengecewakan berbagai kalangan mahasiswa, mulai dari para pejuang skripsi yang sedang melakukan bimbingan, para mahasantri yang tidak bisa melaksanakan pengajian, para pengurus ormawa yang menunda event-event rutinitas di kampus, bahkan sampai para aktivis yang badannya kini mulai gatal karena tidak turun ke jalan menyuarakan aspirasi rakyat apalagi di saat ini sedang detik-detik pengesahan omnibus law. Meskipun demikian, hal sebaik baiknya yang bisa kita lakukan saat ini memang hanya beraktivitas di rumah. Kalau kata Anies (Gubernur DKI Jakarta)“Hari ini bela negara adalah dengan cara di rumah”.

Terlepas dari itu semua mari mencoba memaknai positif perihal pandemik Corona saat ini dengan persfektif lain. Kebijakan meliburkan berbagai tempat wisata, tempat ibadah, kampus dan lain lain, tentunya akan membosankan terkecuali para sobat yang memang nolep :D ataupun para gamers yang sedang mengejar top global. Ini akan menjadi momentum yang sangat luar biasa jika dimanfaatkan secara maksimal oleh berbagai pelajar/mahasiswa untuk perenungan dan self-improvement.

Sudah sama-sama kita ketahui bahwa akan begitu banyak tantangan besar yang akan kita hadapi ke depan baik lingkup nasional maupun internasional. Saat ini kita kewalahan dalam peningkatan kualitas masyarakat Indonesia, seringkali kita ingin berkarya dan berkontribusi terhadap bangsa (anjayy) tetapi ada saja alasan yang selalu kita buat untuk menunda hal tersebut entah itu ajakan ngopi ataupun kesibukan tugas tugas perkuliahan di kampus.

Menyebarnya virus Covid-19 ini memberikan jeda bagi kita untuk memaksimalkan segala aktivitas di rumah. Hal ini memberikan lebih banyak waktu luang untuk beristirahat dan terlepas dari kegiatan rutinitas yang menjenuhkan.

Berbahagialah…

            Jika kita kembali merenung, pasti banyak sekali yang dulu pernah ingin kita lakukan dan pelajari. Di laptop anda pasti ada video-video tutorial yang pernah terdownload tapi belum habis anda tonton maka selesaikanlah. Bacalah buku yang pernah anda beli ataupun buku yang pernah dikasih gebetan yang pernah anda tolak dan belum sempat anda baca. Ada begitu banyak hal yang bisa dilakukan di rumah untuk meningkatkan skill sesuai minat, atau mungkin yang dulu ingin menguasai satu alat musik maka mulailah untuk belajar

Meskipun demikian tidak bisa dipungkiri sulit untuk tetap di rumah selama berminggu minggu karena sudah menjadi rutinitas apalagi mereka yang kuliah sambil bekerja. Maka dari itu justru dengan memfokuskan aktivitas di rumah selain sebagai upaya preventif pandemik virus Corona, juga dapat menjadi space-time untuk pengembangan kualitas individu di masa yang akan datang. Harus ada gerakan positif dan massif untuk hal ini, Sebagaimana yang telah diproyeksikan bahwa Indonesia di tahun 2030-2045 akan mengalami Bonus Demografi tentunya banyak bekal yang harus dipersiapkan. Jika kita berhasil memaksimalkan hal tersebut sudah menjadi barang tentu menjadi hadiah yang layak dalam 100 tahun setelah kemerdekaan.

Jangan sampai pandemik corona malah mengakibatkan adanya degradasi intelektual terhadap bangsa tercinta. Ingat, Corona tidak datang dua kali..


Muh Faiz Azhar B

ESSAY | Islam & Media Digital : Literasi Umat di tengah Era Post Truth


Assalamu Alaikum Wr Wb


Islam & Media Digital
Literasi Umat di tengah Era Post Truth
Oleh : Muh Faiz Azhar B
Pada tahun 2016, Oxford menjadikan kata post-truth sebagai “Word of the Year”.Jumlah penggunaan istilah post-truth di tahun 2016 meningkat 2000 persen bila dibandingkan dengan tahun 2015. Ada alasan mengapa mengapa kurva penggunaan kata post-truth melambung tinggi di tahun 2016. Sebagian besar penggunaan kata ini, hampir selalu disematkan pada dua momen politik paling berpengaruh di tahun 2016; yakni keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa (Brexit) serta terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Kamus Oxford sendiri mendefinisikan istilah post-truth sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal. Kondisi post-truth memuncak dalam momen politik yang digerakkan oleh sentimen emosi seperti Brexit dan terpilihnya Trump. Dalam situasi tersebut, informasi-informasi hoax memiliki pengaruh yang jauh lebih besar ketimbang fakta yang sebenarnya. Selain ditandai dengan merebaknya berita hoax di media sosial, era post-truth juga ditandai dengan kebimbangan media dan jurnalis dalam menghadapi pernyataan-pernyataan bohong dari para politisi. Kasus selama pemilu presiden Amerika 2016 menjadi bukti bahwa semakin sering media menyiarkan  berita-berita bohong soal Donald Trump, justru membuat nama Trump semakin populer dan kebohongan-kebohongannya tersebar luas
            Di era digital saat ini kita dihantarkan pada keadaan di mana banyak informasi yang dapat diakses dengan begitu mudah. Banjir informasi di era revolusi digital menghadirkan sejumlah dampak sosial. Problem masyarakat saat ini bukan pada bagaimana mendapatkan informasi, melainkan kurangnya kemampuan mencerna informasi yang ada. Kredibilitas media sebagai arus utama yang selalu digerogoti kepentingan elit dan pemilik, Hal ini memaksa masyarakat mencari informasi dengan alternatif lain. Masalahnya medium alternatif berupa media sosial di antaranya facebook, Instagram, youtube dan lainnya tak selalu mengalirkan berita yang benar.
Generasi muda yang memiliki keahlian untuk mengakses media digital, saat ini belum mengimbangi kemampuannya menggunakan media digital untuk kepentingan memperoleh informasi pengembangan diri. Hal ini juga tidak didukung dengan bertambahnya materi dan informasi  yang disajikan di media digital yang sangat beragam jenis, relevansi, dan validasinya. Di Indonesia saat ini, perkembangan jumlah media tercatat meningkat pesat, yakni mencapai sekitar 47.000, sedangkan yang terverifikasi oleh Dewan Pers hanya sekitar 243 media. Dengan demikian, masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi dari berbagai media yang ada, terlepas dari resmi atau tidaknya berita tersebut. Hal ini terindikasi dari semakin merosotnya budaya baca masyarakat yang memang masih dalam tingkat yang rendah. Kehadiran berbagai gadget yang bisa terhubung dengan jaringan internet mengalihkan perhatian orang dari buku ke gadget yang mereka miliki.
Ketika media apapun dapat dipakai untuk mengirim pesan yang lebih menonjolkan opini ketimbang fakta, dan setiap orang bisa mempublikasikan opininya sendiri, maka fakta apapun akan tenggelam oleh kerasnya suara pengirim pesan. Setiap orang dapat menerbitkan opininya, setiap orang menawarkan tafsirnya sendiri terhadap fakta, dan yang paling repot setiap orang mengklaim bahwa tafsirnya yang paling benar. Opini inilah yang diangkat sebagai ‘kebenaran’, bukan faktanya.Bila masyarakat berdiri di atas fakta-fakta yang dimanipulasi, dipoles, disembunyikan, dilepaskan dari konteksnya, dan kemudian pendapat individu atau kelompok lebih ditonjolkan sebagai kebenaran, masyarakat ini sesungguhnya rapuh. Ia bagaikan bangunan kartu domino yang dengan satu sentuhan saja seluruh bangunannya runtuh.
Menjelang Pemilihan Presiden sadar atau tidak, post truth menjadi senjata yang ampuh di tahun poliitik. Di sosial media antara kubu cebong dan kampret saling mencaci dan memaki satu sama lain bahkan sampai saling berkata kafir satu sama lain. Diskusi di media sosial cenderung berakhir tidak baik. Setiap orang berkoar sesuka hatinya tanpa fakta. Tidak ada yang melarangnya, kecuali ketika diblokir oleh lawan debat. Sehingga dapat seringkali orang yang baru saja belajar Agama memaki dan mengkritisi pendapat orang yang sudah belajar Agama puluhan tahun. Kesalahan bisa menjadi benar tergantung seberapa banyak yang mendukung dan menyebarluaskan. Walaupun pendapat yang disampaikan benar, tidak akan dianggap benar kalau mayoritas orang awam membully dan memakinya
Salah satu yang menyebabkan internet tidak sehat adalah diamnya mayoritas dan orang yang paham ilmu agama. Sehingga ruang online dikuasai oleh orang yang tidak mengerti agama. Akibat buruknya, kalau ada pendapat yang disampaikan berbeda dengan pemahaman mayoritas orang awam, tokoh tersebut dimaki dan dihina. Meskipun pendapat itu didasarkan pada penelitian dan argumentasi yang kuat.
Kalau situasi seperti ini dibiarkan terus-menerus, tentu berbahaya bagi keislaman kita. Mungkin sekarang umat Islam masih dianggap moderat, karena masih banyak orang yang mau belajar Islam ke pesantren atau lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Setiap orang bisa saja bicara di internet, karena memang sudah hak orang mau bicara apa saja. Seperti yang kita ketahui  ada yang namanya propaganda komputasional untuk mengacaukan opini publik tentang ajaran agama yang benar demi keuntungan politik.
Islam nilainya sama tapi di berbagai tempat tumbuh dengan ekspresi budaya yang berbeda-beda. Tidak semuanya harus disamakan. Para wali dan para ulama Indonesia mengetahui dengan baik sejarah dan budaya nusantara. Mereka sudah menghasilkan bentuk praktek budaya keagamaan yang sesuai dengan budaya di Indonesia. Ijtihad ulama Nusantara ini juga tidak mudah, dan juga bukan proses sendirian, tentunya melalui musyawarah dan tirakat para ulama. Tidak selamanya fatwa yang bagus di suatu tempat, bagus juga di tempat lain.
Dalam membaca zaman di era digital, saat ini yang menjelaskan keadaannya justru adalah kiai/ulama dan tokoh agama, bukan sosiolog. Ini otokritik. Menurut Moh Yasir Alimi dosen sosiolog Universitas Negeri Semarang, mengapa ilmuan telat memberikan penjelasan kepada masyarakat? Karena dua hal. Pertama ilmuan masih ragu-ragu dengan situasi yang terjadi; dan kedua karena penjelasannya akan dianggap keberpihakan pada satu pihak yang berkompetisi dalam politik sehingga ilmuwan menghindari disebur cebong atau kampret.
Di kampus Universitas Esa Unggul kami berinisiatif membuat semacam komunitas yaitu “Danau Literasi” yang mana di tepi danau mahasiswa nongkrong membaca buku, nongrong dan berdiskusi. Salah satu yang paling seru yaitu setiap minggu nya kami mengadakan nonton bareng dan diskusi film. Hal seperti ini yang saya rasa dapat meningkatkan daya kritis mahasiswa dalam menyikapi segala problem yang ada. Berbeda dengan output dari debat kusir yang sering terjadi di media sosial. Sesekali kami juga menghadirkan dosen untuk menjadi pemateri.
David Stillman mengatakan dalam bukunya tentang generasi Z kalau salah satu kekuatan dan nilai plus dari generasi millenials adalah nilai kekritisan dan ingin membawa perubahan bagi masyarakat. Sebagai mekanisme pergantian kekuasaan, pemilu bukan hanya ajang kompetisi antar elit namun sarana partisipasi masyarakat yang sesungguhnya. Millenials dengan pemikirnnya yabg kritis dibantu dengan kemutakhiran teknologi dapat melakukan hal hal kecil yang berdampak yaitu melakukan pencerdasan politik bagi netizen. Dengan smartphone, kita bisa memberikan profiling terhadap caleg caleg di daerah kita, agar rekan dan saudara kita mengetahui siapa calon mereka. Ini menjadi bentuk konkrit kontribusi milenial demi pemilu yang lebih baik. Pula untuk menyikapi perbedaan pandangan politik, millenials harus cerdas dan berintegritas. Beberapa langkahnya adalah: jangan mudah tersulut dengan post yang memancing, jangan ikut ikutan comment yang menyulut kebencian, jangan menyebarkan post artikel yang tidak kredibel dan sumbernya tidak jelas dan lakukan e-campaign tentang persatuan dan kesatuan di tahun politik. Kelak, millenials, calon pemimpin bangsa kelak, bisa beri perubahan bagi Indonesia!
Maka dari itu mari kita mencari dan memantapkan jatidiri kita masing-masing, dengan jatidiri yang kokoh, gempuran hoax tidak akan membuat kita bingung. Hari ini bukan lagi waktunya berbicara hal yang tidak penting: mengolok-olok Muslim yang lain karena ibadahnya, mempertanyakan dasar negara atau mempertanyakan tentang Islam Nusantara. Untuk mengubah hal tersebut, dibutuhkan keterbukaan, kebebasan, dan keberanian berpikir kritis dan menampung hal-hal yang selama ini dianggap tidak asli. Sudah waktunya energi kita pakai untuk hal positif: mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang tentunya tidak merugikan orang lain dan diridhoi Allah SWT.


REFERENSI

             Dua buku di atas adalah buku yang saya jadikan referensi dalam menulis essay ini. Semoga bermanfaat, akhir kata saya ucapkan Terima Kasih.

Wa'alaikumussalam Wr Wb




INDONESIA SEBAGAI PERDAMAIAN DUNIA



INDONESIA SEBAGAI  PERDAMAIAN DUNIA
Oleh : Muh Faiz Azhar B

Indonesia sebagai mitra sejati perdamaian dunia telah ikut menjaga perdamaian melalui misi perdamaian PBB sejak tahun 1957. Indonesia juga memberikan bantuan kemanusiaan melalui pembangunan sekolah dan rumah sakit di wilayah-wilayah rentan di berbagai negara. Ada rekam jejak Indonesia di berbagai peristiwa penting dunia: terbentuknya Gerakan Non-Blok, berdirinya ASEAN, dan berperan aktif dalam pembentukan hukum internasional seperti UNCLOS. Tidak dapat dipungkiri, aktifnya Indonesia merupakan upaya menjalankan politik luar negeri bebas aktif demi memenuhi amanat UUD ’45 untuk “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat berpotensi dalam mewujudkan perdamaian dunia. Dilihat dari berbagai aspek mulai dari letak geografis,sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang cukup besar, keanekaragaman budaya, wilayah yang sangat luas serta keindahan alam yang begitu mepesona. Dengan potensi yang sangat luar ini, tentunya dalam mewujudkan suatu perdamaian dunia Indonesia kiranya mampu menjadi negara panutan bagi negara-negara lain di dunia. Di tambah lagi dengan Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Tetapi pada saat-saat ini semakin kuat dirasakan oleh semua warga negara bahwa cita-cita tersebut bertambah jauh dari kenyataan. Masyarakat berbicara tentang adanya krisis multidimensional, situasi di mana negara kita ini sedang dilanda akan beranekaragaman pertentangan besar maupun kecil entah itu di bidang politik, ekonomi, sosial, dan juga moral. Begitu hebatnya krisis yang terus memporak-porandakan sendi-sendi penting kehidupan bangsa kita. Hal seperti inilah yang menjadi stigma bagi masyarakat Indonesia, menjadikan masyarakat Indonesia semakin pesimis akan apa yang telah menjadi cita-cita bangsa kita sebelumnya.
Mengingat sedemikian besarnya persoalan yang menghambat usaha dalam mewujudkan perdamaian dunia, maka diperlukan kekuatan besar dan tangguh. Kekuatan itu akan terbentuk hanya dengan adanya peneguhan kembali ikatan batin atau komitmen semua warga negara kepada cita-cita nasionalnya, disertai pembaruan tekad bersama untuk melaksanakannya. Semua itu memerlukan semangat ungkapan Bung Karno (dengan sedikit revisi) yaitu, “pengikatan bersama seluruh kekuatan bangsa”. Peneguhan kembali komitmen dan pembaruan tekad bersama itu memerlukan pengetahuan dasar secukupnya tentang sejarah pertumbuhan bangsa dan kesadaran akan hakikat proses-proses pertumbuhan yang penuh tantangan dan kesulitan.
Sebagai bangsa baru yang masih terus dalam proses penjadian diri (natio in making), Indonesia masih memerlukan pengembangan pikiran-pikiran mendasar. kita harus menggunakan sensitivitas setajam-tajamnya, dengan berpedoman kepada suara hati nurani yang sebersih-bersihnya. Karena itu sungguh memprihatinkan adanya gejala-gejala matinya hati nurani di kalangan kita. Berbagai tindakan dan perilaku tidak benar dari masa lalu yang jelas-jelas telah menjerumuskan bangsa dan negara kepada kehancuran diulangi dengan sadar dan tanpa perasaan salah. Kebanyakan orang hanya memikirkan kepentingan diri dan golongannya belaka, dengan imbas antara lain munculnya nafsu memperkaya diri. Hal ini yang menyebabkan semakin sedikitnya orang yang bersungguh-sungguh berpikir dan bertindak untuk kepentingan seluruh bangsa.
            Jika kita melihat kembali rekam jejak negara Indonesia dalam upaya perdamaian dunia tentu sudah tidak diragukan lagi. Indonesia pernah menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB sebagai wakil dari regional Asia Pasifik pada periode tahun 1973-1974, 1995-1996, dan 2007-2008. Indonesia hingga saat ini telah mengirimkan 37,128 personel dalam misi perdamaian PBB sejak 1957. Indonesia bahkan mengirimkan bantuan baik berupa materi maupun tenaga bagi negara-negara yang membutuhkan. Hal ini yang menyebabkan indonesia disegani berbagai negara di dunia. Ditambah lagi dengan Indonesia yang akan menjadi kandidat anggota tidak tetap DK PBB 2019-2020 diharapkan dapat memberi pengaruh besar di arena internasional. Hal ini dapat memaksimalkan peran indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia.
            Maka dari itu, yang juga menjadi hal krusial saat ini yang harus diperhatikan oleh kita semua yaitu generasi muda. Masih minimnya pemuda yang berpikir kritis di negara kita tentu akan menjadi penentu ke arah mana negara indonesia  kedepannya. Masih kurang rasa memiliki akan tanah air bahkan bersikap acuh tak acuh. Pemuda saat ini lebih cenderung memikirkan diri sendiri, keinginan untuk menonjolkan diri sendiri tanpa mepedulikan hal lainnya. Keingingan untuk menang sendiri. Padahal akan lebih indah ketika kita melangkah beriringan sehingga mencapai kemenangan bersama, sebagaimana yang biasa kita sebut kemenangan yang hakiki.


WAWASAN QUR'AN TENTANG EKONOMI

WAWASAN QUR'AN TENTANG EKONOMI
(Tinjauan Studi Penafsiran Tematik Al-Quran)

Nama   : Muh Faiz Azhar B
NIM     : 20170801206


Agama Islam Sesi 32

TUGAS PAI SESI 32-MUH FAIZ AZHAR-20170801206

Jika Aku Menjadi Politisi

JIKA AKU MENJADI POLITISI
Oleh : Muh Faiz Azhar B


PENDAHULUAN
            Menurut KBBI, Politisi adalah orang orang yang terlibat dalam bidang politik, ahli politik maupun figur politik  yang memegang posisi penting di pemerintahan. Jika kita berbicara masalah  “Politisi“ pasti itu tidak akan lepas dengan masalah  korupsi. Untuk sekarang ini, korupsi bukan lagi merupakan hal yang luar biasa di negara kita. Kita dapat melihat tindakan-tindakan korupsi yang makin marak di berbagai media, baik itu media cetak maupun media elektronik. Begitu banyak kasus-kasus korupsi yang telah terjadi di negara kita, menjadikan tindakan korupsi sebagai tindakan yang wajar. Sehingga banyak warga negara yang tidak  memberikan respon terhadap hal tersebut. Mereka merasa bahwa tindakan demikian sudah merupakan hal yang sudah biasa dilakukan. Ironisnya pelaku  tindakan korupsi, mayoritas dilakukan oleh para pejabat negara yang sesungguhnya telah diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk memajukan kesejahteraan negara.
            Seperti yang kita tahu bersama bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam(SDA). Suatu kebanggaan bagi kita, sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah. Meskipun demikian dapat kita amati secara kasat mata bahwa masih banyak warga di negara kita yang mengalami kemiskinan. Menurut data statistik BPS bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia yaitu 31,02 juta atau sekitar 13,33% dari jumlah penduduk Indonesia. Telah di survei juga bahwa 63,38% penduduk miskin tersebut berada di bagian pedesaan yang mana sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani, dan mengalami peningkatan pada tahun berikutnya. Hal ini disebabkan karena begitu banyak pegawai di negara kita yang melakukan tindakan korupsi. Apalagi negara kita yakni Indonesia merupakan negara ututan ke-4 mengenai jumlah penduduk di dunia. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan politisi yang profesional untuk memajukan negara kita.
            Sebenarnya bukan cuma para politisi yang harus disalahkan sepenuhnya. Kita seharusnya kembali berpikir bahwa siapa yang memilih mereka?. Tentu tidak sedikit dari masyarakat yang memilih para politisi melalui Pemilu hanya karena menerima serangan fajar. Kita lupa bahwa mereka merupakan orang orang yang akan memegang posisi penting di pemerintahan. Seharusnya kita memilih melalui Pemilu dengan melakukan filter yang ketat, serta melihat latar belakang setiap calon politisi. Kita tidak boleh memilih calon politisi yang hanya ingin merakit uang. Politisi yang baik yaitu orang-orang yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi kepada negara, bukan mereka yang hanya mementingkan diri sendiri. Kurangnya rasa kepedulian antara satu sama lain baik itu politisi maupun masyarakat, hanya akan menghambat kemajuan suatu negara.  
PEMBAHASAN
Fakta-fakta yang terjadi sekarang ini, begitu banyak masyarakat yang mengalami kemiskinan, kelaparan serta pengangguran yang terjadi di mana-mana. Padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Menurut Abraham Samad, Indonesia adalah negara yang kaya dan memiliki pemasukan yang besar. Dari sektor energi misalnya, negara bisa menghasilkan Rp 15 ribu triliun setiap tahun. Hanya saja sektor tambang dan energi adalah suatu wilayah yang mengalami kebocoran dan korupsi. Hampir 50% perusahaan yang melakukan eksploitasi dan eksplorasi mineral tidak membayar royalti. Samad menemukan bahwa mereka telah membayar sogokan kepada pemerintah setempat. Katanya uang suap yang dibayarkan ke oknum pemerintahan lebih besar dari royalti. Hal ini membuktikan bahwa negara kita sebenarnya mempunyai pemasukan yang besar, hanya saja karena tindakan korupsi yang begitu banyak. Oleh karena itu, sangat diperlukan hukum yang mampu membuat jerah para pelaku tindak pidana korupsi. Tidak sedikit mengatakan bahwa negara kita merupakan surga bagi para koruptor
Seandainya jika aku menjadi politisi, saya bersumpah akan mengabdikan diri saya untuk memajukan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Hal pertama yang saya lakukan terlebih dahulu ketika menjadi politisi yaitu menanamkan sikap patriotisme dalam diri pribadi dengan landasan ketuhanan yang maha esa, kemudian kepada orang-orang terdekat, masyarakat, hingga tersampaikan kepada seluruh anggota dalam pemerintah. Bagaimanapun Sering terjadi pertengkaran antara masyarakat dengan para politisi. Mereka saling menyerang satu sama lain entah itu dalam bentuk usikan maupun dalam bentuk demo. Keduanya harus saling mengerti satu sama lain, yang mana masyarakat harus mengerti bahwa hukum itu tidak selalu berjalan dengan sempurna. Sedangkan untuk para politisi harus selalu mendengarkan kritikan para masyarakat lalu memberikannya alasan yang jujur dan jelas. Seandainya jika seluruh warga Indonesia baik itu masyarakat maupun politisi bekerja sama dalam menyamakan pikiran mereka untuk memajukan negara Indonesia. Pasti Indonesia akan menjadi negara yang maju.
Metode yang paling tepat untuk menjadikan politisi di Indonesia menjadi lebih baik yaitu mengajak masyarakat untuk memillih dengan teliti serta melakukan pertimbangan bahwa apakah dia mampu memajukan negara kita. Kesalahan masyarakat yang terjadi selama ini yaitu mereka memilih tanpa berpikir panjang. Banyak yang memilih hanya karena ikut-ikutan atau menerima suap dari caleg. Padahal mereka tidak mengenal para calon politisi dengan baik. Seharusnya yang pertama kali yang harus dilakukan sebelum melakukan suatu Pemilu, yakni mengenali lebih jauh terlebih dahulu para calon politisi. Jangan sampai salah memilih, kita harus mencari politisi yang memang mempunyai pengalaman yang baik. Bukan mereka yang mempunyai pengalaman untuk memperkaya diri sendiri. Mereka yang melakukan 4D yaitu Datang, Duduk, Diam, dan Duit sangat tidak pantas menjadi politisi. Maka dari itu, masyarakat seharusnya yang berperan aktif dalam pembentukan politisi yang baik. Terkhusus bagi para pelajar, sangat perlu ditanamkan semangat nasional yang tinggi dengan pengabdian pada bangsa serta pendidikan beragama.
Kurangnya partisipasi masyarakat dalam memajukan negara merupakan kendala paling besar saat ini. Kadang-kadang masyarakat juga lebih mementing diri sendiri, seenaknya melakukan demonstrasi padahal sebenarnya mereka tidak melihat bahwa ada hal yang ingin dicapai oleh pemerintah. Misalnya masyarakat yang melakukan demo “jadikan guru honor menjadi PNS dengan cepat”. Pertanyaannya, apakah para guru honor ini sudah mampu meningkatkan kualitas bangsa Indonesia?. Maka dari itu, sebelum melakukan tindakan-tindakan demonstrasi sebaiknya pikirkan dulu apa alasan pemerintah melakukan hal tersebut. Begitu pun para politisi sebaiknya menanamkan dalam hati bahwa mereka memegang tanggung jawab yang tinggi dalam pemerintahan. Jangan sampai melakukan tindakan yang akan menghambat kemajuan negara. Selain mempermalukan diri sendiri dan keluarga juga dapat mempermalukan bangsa Indonesia.
KESIMPULAN
Politisi merupakan ahli politik atau figur politik yang memegang posisi penting dalam pemerintahan. Indonesia yang merupakan negara yang memiliki kekayaan alam serta pemasukan yang besar, saat ini terhambat untuk menjadi negara yang maju. Masih banyak saudara-saudara kita yang mengalami kemiskinan. Hal ini diakibatkan karena begitu banyaknya tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia. Penyebab terjadinya korupsi yaitu masyarakat yang kebanyakan melakukan Pemilu tanpa berpikir panjang, tidak sedikit yang memilih karena ikut-ikutan dan bahkan ada yang memilih karena menerima serangan fajar. Padahal mereka belum mengenal dengan baik calon politisi tersebut. Di tambah lagi dengan hukum-hukum yang ada di negara kita yang kurang tegas, memberikan kesempatan besar kepada para politisi untuk melakukan tindak pidana korupsi. Maka dari itu dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan pelajar. Dengan menanamkan semangat nasional dan rasa kepedulian antara satu sama lain yang dilandasi agama. Jika ini yang tertanam pada seluruh warga Indonesia, terutama kepada para politisi yang memegang tanggung jawab besar untuk memajukan bangsa indonesia. Pasti negara kita akan menjadi Negara yang maju, aman dan sejahtera.



DAFTAR PUSTAKA
Shahabi, S. “Esai hukum: Peranku bagi Indoneia” http://www.academia.edu/14710750/Esai_hukum (diakses tanggal 6 September 2016)

            Muhyiddin, M. “Tanpa Korupsi, Gaji Rakyat Bisa Rp 30 Juta Sebulan | analisa_bisnis | tempo.co” https://m.tempo.co/read/news/2013/10/21/092523493/tanpa-korupsi-gaji-rakyat-bisa-rp-30-juta-sebulan (diakses tanggal 6 September 2016) 

Tulisan

INDONESIA SEBAGAI PERDAMAIAN DUNIA

INDONESIA SEBAGAI  PERDAMAIAN DUNIA Oleh : Muh Faiz Azhar B Indonesia sebagai mitra sejati perdamaian dunia telah ikut menjaga per...